Minggu, 07 September 2014

Cerpen : Tertidur Dalam Mimpi

Aku terbangun di atas padang hijau yang sangat luas. Ku lihat sekitar hanyalah rumput yang tinggi dan awan biru yang luas. Aku tak tau dimana aku sekarang berada, yang aku ingat sebelumnya hanya pergi ke kamarku untuk tidur diatas ranjang dengan ditutupi selimut yang hangat. Apakah aku sedang bermimpi ataukah aku di culik oleh alien, aku sangatlah bingung melihat suasana ini. Sendirian di padang hijau yang luasa dan tak ada satupun pohon disini. Aku mulai berjalan dan berlari menuju arah yang tak menentu ke kiri ke kanan semua terlihat sama, hanya ada aku sendiri. “hai ! apakah ada orang disini ?” teriakku dengan keras dan berulang kali. Tetapi tak ada satupun balasan yang terdengar dari telingaku.

            Aku terus berlari tanpa tujuan dan tanpa arah. Kakiku sudah mulai meronta ingin berhenti berlari, tapi aku tidak bisa hanya diam disini aku akan mati jika aku berhenti. Aku teruskan berlari hingga kakiku terasa mau copot, akhirnya aku putuskan untuk beristirahat sebentar. Air keringat terus mengucur dari seluruh tubuhku, badanku mulai terasa panas. Aku melanjutkan berlari dan tak berhenti berteriak memanggil siapapun. Tak lama kemudian aku mulai pusing, badanku tidak mau berkordinasi lagi bersamaku. Aku tidak bisa lagi merasakan kakiku, “tidak, hei kaki kenapa denganmu ? kenapa aku tidak bisa merasakan kakiku ?” tanyaku kebinggungan. Apakah aku lumpuh, aku tidak bisa berhenti berfikir yang aneh-aneh. Ku pejamkan mataku dan kulentangkan semua badanku di atas rumput hijau. Aku terus berfikir, dimanakah aku sekarang berada, apa yang sedang terjadi kepadaku.
            Kubuka kembali mataku. “dimana aku sekarang ?”gumamku, “hei, Josh bagaimana tidurmu ?” jawab seseorang yang tak aku ketahui. Aku heran siapa yang berbicara barusan, apakah hantu. Ku putuskan untuk menoleh melihat ke sumber suara, siapakah tadi yang berbicara. Ternyata itu Ricky, teman sebangkuku disekolah. “dimana aku ?” tanyaku heran. “ya disekolah lah, kau tertidur pulas. Bersihkan tuh muka” jawab Ricky dengan tawaan. Kenapa aku tiba-tiba ada disekolah, barusan kan aku ada di padang rumput yang luas dan tak ada batasnya. Itu hanyalah mimpi, aku lega bahwa itu hanyalah mimpi. Aku masih bisa merasakan kakiku, ternyata kakiku tidak apa-apa. “aku tidak lumpuh, ye aku tidak lumpuh” dengan bangga aku berteriak riang. Aku lupa aku sedang di kelas, aku berteriak seperti itu dihadapan teman dan guruku, serentak mereka tertawa terbahak-bahak.
            Aku lega itu semua hanyalah mimpi. Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu, seram sekali mimpi tadi. Aku tidak mau tertidur di kelas lagi, aku takut akan bermimpi seram lagi. Tak lama kemudian Bel istirahat berbunyi aku dan teman-temanku langsung beranjak pergi dari kelas menuju kantin. Selama perjalanan aku menceritakan mimpi burukku tadi ke teman-temanku, mereka hanya membalas ceritaku dengan tawaan mengerikan. “bagaimana bisa kalian tertawa, sedangkan aku gugup dan hampir mati seperti itu” kataku. Mereka terus tertawa dan minta maaf kepadaku. Aku terus berjalan bersama temanku, tak lama kemudian aku melihat bayangan dari kejauhan. Apakah itu, aku heran sepertinya itu sosok orang. Aku mulai mendekati bayangan itu, dan ternyata bayangan itu ialah sesosok perempuan berambut gelombang bewarna hitam. Aku tahu siapa itu, ia siswa dari Xavier School sama sepertiku, namanya Talitha. Kenapa dengannya, bagaimana bisa dia tergeletak disini. Lalu aku bergegas mengangkat dia. “hei! Bangun, bangun” kataku. Tapi tak ada respon darinya. aku memanggil teman-temanku untuk membantuku membawa dia ke uks. “hei Ricky, Jordan. Tolong bantu aku ! “ teriakku. Tak ada respon dari mereka, aku tetap fokus kepada talitha. Kemana mereka ini, kenapa tidak ada satupun orang yang membantuku. Lalu aku tersadar dari kebinggunganku, kupandangi sekitarku. “Sepi sekali disini, kemana semuanya. Ada apa lagi ini ? kemana semua orang?” gumamku. Sekolah ini jadi seperti kota yang telah lama ditinggalkan, tak ada penghuninya. Debu berhamburan dimana-mana, banyak burung bangkai dan gagak terbang di atas langit. Apa yang harus aku lakukan sekarang, aku sendirian disini, ada apa dengan kota ini. “apa ini” kataku. Aku merasakan cairan aneh bewarna merah keluar dari punggung Talitha. Apa ini, aku masih heran apakah cairan itu. Aku tersadar, itu ialah darah. Aku barusan tersadar, aku sekarang berada di atas lautan darah. Tubuhku dilumuri dengan darah, aku berusaha menutupi lukanya agar darah tidak lagi keluar. Ku tekan terus lukanya, tetapi darah tidak mau berhenti keluar.
            Burung bangkai mulai turun dan berhenti di sekitarku. Aku binggung apa yang harus aku lakukan aku terus menekan luka itu. Kusobek baju seragamku dan mengikatkannya dengan erat, ku gendong Talitha di belakangku dan berlari menuju rumah sakit. Tenagaku sudah habis untuk berlari, aku tidak kuat lagi. Lalu aku berlari terus-menerus hingga kurang lebih 3 km. aku berhenti dan kusandarkan Talitha ke tembok, Aku terus menerus menekan lukanya. Tak lama lagi semua burung bangkai mulai mendekatiku, aku mulai gelisah dan ketakutan. “hei !! menjauhlah menjauh!” teriakku ke burung-burung itu. Aku sudah menyerah aku tak kuat lagi menahan semua ini. Apakah aku akan dimakan semua buung bangkai ini. Lalu aku mulai duduk bersandar tembok di samping Talitha. Semua burung mulai berdatangan, burung gagak mulai menyerangku. Aku terus kesakitan dan memberontak, aku pukul semua burung gagak yang datang ke tubuhku. Satu demi satu burung mulai menjauh. Aku sudah tak mampu lagi bergerak, aku sudah menyerah. Dan serentak semua burung mendekatiku mulai memakan daging tubuhku.
            Aku terbangun kaget. Apa yang terjadi barusan, dimana burung-burung yang memakanku. Aku bangun dari ranjang, dan segera berlari membuka gorden. Serentak cahaya pagi yang hangat menyinariku. Itu tadi hanyalah mimpi, mimpi buruk  yang menghantuiku. Aku sangat lega, itu tadi hanyalah mimpi. Tapi aku mulai berpiki lagi, apakah sekarang ini aku masih bermimpi ?.


Tamat !!!
by : maula Rizal Setiawan

0 komentar:

Posting Komentar